Sabtu, 30 Agustus 2014

MATERI SOSIOLOGI KELAS XII PERUBAHAN SOSIAL

A. PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Selo Soemardjan: 1974). Hal ini dikarenakan sifat perubahan sosial yang berantai dan saling berhubungan antara satu unsur dengan yang unsur kemasyarakatan yang lainnya. Pengkajian mengenai perubahan sosial relatif luas dan kompleks. Oleh karenanya, beberapa ahli sosial berusaha mendefinisikan pengertian perubahan sosial sebagai berikut.
1. Kingsley Davis
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadI dalam struktur dan fungsi masyarakat.
2. William F. Ogburn
Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
3. Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan equilibrium) hubungan sosial.
4. Gillin dan Gillin
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuanpenemuan baru dalam masyarakat.
Dewasa ini, perubahan-perubahan sosial dapat diketahui karena adanya ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri yang dimaksud antara lain:
1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik.
B. BENTUK - BENTUK PERUBAHAN 
a. Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan
diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.
Menurut Soerjono Soekanto (1987), terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
1) Unilinier Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
2) Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
3) Multilined Theories of Evolution
Teori ini menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
b. Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang
berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau
perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan
revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial
mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembagalembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif
cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan
direncanakan atau tidak direncanakan. Revolusi sering
kali diawali adanya ketegangan atau konflik dalam
tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan
kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu revolusi
dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1) Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
2) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
3) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
4) Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
5) Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.
* PERUBAHAN YANG DIRENCANAKAN DAN YANG TAK DIRENCANAKAN
a. Perubahan yang Direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang
diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam
masyarakat (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi: 1974).
Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembagalembaga
kemasyarakatan. Oleh karena itu, suatu
perubahan yang direncanakan selalu di bawah
pengendalian dan pengawasan agent of change. Secara
umum, perubahan berencana dapat juga disebut
perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi
angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah
mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk
pemerintah mengadakan program keluarga
berencana (KB).
b. Perubahan yang Tidak Direncanakan
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa
perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat.
Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan,
perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang
memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam
masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak
dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi.
Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan
Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan
yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.
Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan
permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan
para warganya mencari permukiman baru.
* PERUBAHAN BERPENGARUH BESAR DAN KECIL 
a. Perubahan Berpengaruh Besar
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika
perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan
pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja,
sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat.
Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat
agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini
memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap
jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan
mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.
b. Perubahan Berpengaruh Kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahanperubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.
C. FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL
1.FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN SOSIAL
a. Kontak dengan Budaya Lain
Berhubungan dengan budaya lain dapat pula mendorong
munculnya perubahan sosial. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa bila dua kebudayaan saling bertemu maka kedua kebudayaan tersebut akan saling memengaruhi yang akhirnya membawa perubahan. Hubungan atau kontak dengan kebudayaan lain dapat  dilakukan dengan tiga cara yaitu difusi, akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.
b. Sistem Pendidikan Formal yang Maju 
Pendidikan formal dalam hal ini berarti pendidikan yang
ditempuh melalui jenjang-jenjang pendidikan seperti SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Dengan pendidikan, kamu dapat membuka pikiran serta menerima hal-hal baru. Selain itu, kamu dapat membandingkan kebudayaan mana yang mampu memenuhi kebutuhanmu serta kebudayaan mana yang tidak sesuai. Melalui pengetahuan itu, mendorong individu mengadakan perubahan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c. Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang dan Keinginan-Keinginan untuk Maju Sikap tersebut merupakan salah satu sikap yang mendorong munculnya penemuan-penemuan sosial yang membawa perubahan sosial. Hal ini dikarenakan jika hasil karya seseorang dihargai, maka seseorang akan terpacu untuk menemukan sesuatu yang baru.
d. Sistem Terbuka dalam Lapisan-Lapisan Masyarakat
Sistem terbuka ini memungkinkan adanya gerak sosial vertikal sehingga memberi kesempatan seseorang
untuk maju. Adanya kesempatan untuk menaiki stratifikasi tinggi yang disediakan oleh sistem ini mendorong seseorang melakukan perubahan menuju
ke arah yang lebih baik.
e. Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen akan lebih mudah melakukan
perubahan. Contoh, masyarakat Indonesia yang memiliki kebudayaan, ras, dan ideologi yang berbeda-beda. Masyarakat tersebut akan sangat mudah mengalami pertentangan. Pertentangan- pertentangan yang terjadi tentunya dapat menimbulkan
keguncangan yang pada akhirnya mendorong terjadinya
perubahan dalam masyarakat.
f. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu Adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap suatu bidang tertentu, mendorong masyarakat melakukan perubahan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia. Perubahan-perubahan ini timbul karena adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap cara kerja pemerintah.
2. FAKTOR PENGHAMBAT
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi di masyarakat lain. Mereka terkungkung dalam
tradisinya sendiri dan tidak mengalami perubahan. Padahal kebudayaan lain dapat memperkaya kebudayaannya
sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan kunci terjadinya perubahan sosial budaya.
b. Sikap Masyarakat yang Sangat Tradisional Masyarakat tradisional biasanya bersikap mengagungagungkan
tradisi dan masa lampau. Mereka beranggapan bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat diubah. Anggapan inilah yang menghambat adanya proses perubahan sosial. Keadaan tersebut akan menjadi lebih buruk apabila yang berkuasa dalam masyarakat yang bersangkutan adalah golongan konservatif.
c. Rasa Takut akan Terjadinya Kegoyahan pada Integrasi
Kebudayaan Pada dasarnya semua unsur kebudayaan tidak mungkin berintegrasi dengan sempurna. Namun demikian,
terdapat beberapa unsur tertentu memiliki derajat
integrasi yang tinggi. Keadaan inilah yang membuat suatu masyarakat merasa khawatir dengan datangnya unsur-unsur dari luar. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut mampu menggoyahkan integrasi dan menyebabkan perubahanperubahan pada aspek-aspek tertentu di masyarakat.
d. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan suatu masyarakat dimungkinkan karena kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup. Namun, dapat pula dikarenakan sebagai akibat dijajah oleh masyarakat lain. Biasanya masyarakat yang dijajah dengan sengaja dibiarkan terbelakang oleh masyarakat yang menjajah. Hal ini dimaksudkan menjaga kemurnian masyarakat guna mencegah terjadinya pemberontakan atau revolusi.
e. Adat atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Adat dan kebiasaan ini dapat berupa kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, dan cara berpakaian tertentu. Adat dan kebiasaan tersebut sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat sehingga sukar untuk diubah.
f. Prasangka terhadap Hal-Hal yang Baru atau Sikap yang
Tertutup Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah. Mereka selalu mencurigai sesuatu yang berasal dari negaranegara Barat. Secara kebetulan unsur-unsur baru kebanyakan berasal dari negara-negara Barat. Sehingga segala sesuatu yang berasal dari negara-negara Barat mendapat prasangka buruk oleh masyarakat setempat.
g. Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha mengadakan perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang
berlawanan dengan ideologi. Di mana ideologi masyarakat
merupakan dasar integrasi masyarakat tersebut. Oleh karenanya, perubahan sosial tidak terjadi.
Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Secara umum dapat dikatakan bahwa timbulnya perubahan sosial
dapat disebabkan dari dalam masyarakat itu sendiri (faktor intern)
dan dari pengaruh masyarakat lain atau dari alam sekitarnya (faktor
ekstern).
a. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam
masyarakat itu sendiri. Yang dimaksud dengan masyarakat di sini
dapat kolektif dan dapat pula individual. Faktor-faktor internal
tersebut antara lain:
1) Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Bertambahnya penduduk yang sangat cepat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakat, terutama yang menyangkut
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Contoh, dengan
adanya urbanisasi, mencetak pengangguranpengangguran
baru yang menyebabkan meningkatnya
angka kemiskinan. Situasi ini mengakibatkan
tingginya angka kriminalitas di kota-kota besar.
Sedangkan berkurangnya penduduk karena
urbanisasi mengakibatkan kekosongan yang
berakibat berubahnya bidang pembagian kerja,
stratifikasi sosial, dan lain-lain.
2) Penemuan-Penemuan Baru (Inovasi)
Penemuan-penemuan baru sebagai akibat terjadinya
perubahan dapat dibedakan menjadi discovery dan invention.
discovery merupakan penemuan baru dari suatu
unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa alat
baru ataupun berupa suatu ide yang baru. Contoh,
penemuan mobil diawali dengan pembuatan motor
gas oleh S. Marcus.
Selanjutnya, discovery menjadi invention jika
masyarakat sudah mengakui, menerima, bahkan
menerapkan penemuan tersebut. Adanya mobil
yang telah disempurnakan menjadi sebuah alat
pengangkutan manusia merupakan salah satu
wujud invention. Invention menunjuk pada upaya
menghasilkan suatu unsur kebudayaan baru
dengan mengombinasikan atau menyusun kembali
unsur-unsur kebudayaan lama yang telah ada
dalam masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat, faktor-faktor pendorong
individu mencari penemuan baru sebagai berikut.
a) Kesadaran dari orang per orang akan kekurangan dalam
kebudayaannya.
b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu keadaan.
c) Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam
masyarakat.
3) Konflik dalam Masyarakat
Pertentangan atau konflik dalam masyarakat
mampu pula menyebabkan terjadinya perubahan
sosial. Secara umum pertentangan tersebut dapat
berupa pertentangan antarindividu, antara
individu dengan kelompok, antarkelompok serta
konflik antargenerasi. Pada umumnya akibat
konflik dapat merenggangkan kekeluargaan atau
golongan. Hal inilah yang menyebabkan perubahan
sosial dalam masyarakat.
4) Pemberontakan dan Revolusi
Pada umumnya pemberontakan terjadi karena adanya
ketidakpuasan anggota masyarakat terhadap suatu sistem
pemerintahan yang ada. Oleh karena situasi dan kondisi ini
mendorong munculnya revolusi sebagai wujud dari
pemberontakan. Adanya revolusi akan membawa perubahanperubahan
yang besar dan berlangsung cepat. Misalnya,
revolusi Mei yang terjadi di Indonesia, perubahan-perubahan
besar terjadi di Indonesia baik perubahan kepala negara, wakil
kepala negara, struktur kabinet sampai pada perilaku warga
masyarakat. Masyarakat menjadi lebih berani mengkritisi cara
kerja pemerintah.
b. Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar
masyarakat yang bisa mendorong terjadinya perubahan sosial.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Lingkungan Alam/Fisik di Sekitar Manusia
Lingkungan alam dapat mengakibatkan perubahan
sosial. Terjadinya gempa bumi, banjir bandang,
tsunami, topan, gunung meletus, dan lain-lain
mengakibatkan sebagian warga yang tinggal di
daerah tersebut terpaksa mengungsi ke daerah lain.
Di tempat pengungsian, mereka harus beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik
maupun sosialnya, kondisi ini mengakibatkan perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Contoh, masyarakat di Desa Siring, Porong, Sidoarjo. Akibat luapan lumpur panas mereka terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya dan untuk sementara mereka tidak bekerja.
2) Peperangan
Peperangan, terutama yang melibatkan dua negara dengan segala kekuatannya, berarti peperangan terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lain di luar batas-batas negara. Sebagai akibatnya, rakyat mengalami kehidupan yang penuh ketakutan, harta benda menjadi hancur,menimbulkan kemiskinan dan tidak menutup kemungkinan menelan banyak korban jiwa. Akibatnya struktur masyarakat pun mengalami perubahan, sebagaimana perubahan yang terjadi pada negara Jepang setelah kalah dalam Perang Dunia II. Jepang berubah dari negara agraris militer menjadi suatu negara industri.
3) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat
mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh
timbal balik. Yang pada akhirnya, memunculkan perubahan
sosial. Hal ini dikarenakan masing-masing masyarakat
memengaruhi masyarakat lain, tetapi juga menerima pengaruh dari yang lain sehingga terjadi penyebaran kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru.
D. PROSES TERJADINYA PERUBAHAN SOSIAL
1. DIFUSI
Difusi merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari orang perorangan kepada orang perorangan yang lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Misalnya, terdapat penemuan baru dalam suatu masyarakat, maka penemuan itu dapat diteruskan dan disebarkan kepada masyarakat yang lain dengan cara difusi sehingga mereka pun dapat menikmati manfaat dari penemuan baru itu. Oleh karena itu, difusi dapat menjadi pendorong bagi tumbuhnya suatu kebudayaan dan menambah kebudayaan-kebudayaan manusia yang telah ada.
Masuknya unsur-unsur kebudayaan baru secara difusi dapat terjadi dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Hubungan Simbiotik
Hubungan simbiotik adalah suatu hubungan di mana bentuk dari masing-masing kebudayaan hampir tidak berubah. Contoh:
pertukaran pelajar antarnegara
b. Secara Damai (Penetration Pacifique)
Dengan cara ini, unsur-unsur kebudayaan baru masuk ke suatu kebudayaan secara damai. Contohnya yaitu perubahan model baju. Banyak tren-tren baju saat ini yang dipengaruhi oleh budaya luar. Unsur-unsur asing ini diterima dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan.
c. Peperangan (Kekerasan)
Unsur kebudayaan baru yang dapat dimasukkan secara paksa ke dalam kebudayaan penerimanya. Cara seperti ini dapat dilakukan dengan peperangan.
2. AKULTURASI
Akulturasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru dari luar secara lambat dengan tidak menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan sendiri. Contoh, budaya selamatan merupakan bentuk akulturasi antara budaya lokal dalam budaya Jawa  dengan budaya Islam.
3. ASIMILASI
Asimilasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur
kebudayaan dari luar yang bercampur dengan unsur-unsur
kebudayaan lokal menjadi unsur-unsur kebudayaan baru
yang berbeda. Contoh, membaurnya etnis Tionghoa dengan
masyarakat pribumi. Proses asimilasi akan berlangsung
lancar dan cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor
pendorong, yaitu:
a. Adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda.
b. Adanya kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
c. Adanya sikap menghargai terhadap hadirnya orang asing dan
kebudayaan yang dibawa.
d. Adanya sikap terbuka dari golongan berkuasa.
e. Adanya unsur-unsur kebudayaan yang sama.
f. Terjadinya perkawinan campuran.
g. Adanya musuh bersama dari luar.
Selain faktor-faktor pendorong terdapat juga faktor-faktor yang
dapat menghambat proses asimilasi antara lain:
a. Letak geografis yang terisolasi.
b. Rendahnya pengetahuan tentang kebudayaan lain.
c. Adanya ketakutan terhadap budaya lain.
d. Adanya sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya
sendiri.
e. Perasaan in-group yang kuat.
f. Adanya perbedaan kepentingan.
4. AKOMODASI
Akomodasi adalah proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan lokal.
Contoh, penerimaan ide demokrasi dan ide tentang HAM dari kebudayaan Barat. Proses penerimaan ini tentunya membawa perubahan pada masyarakat yang bersangkutan. Karenanya melalui proses akomodasi perubahan sosial dapat terjadi. Namun, dalam halhal tertentu proses akomodasi merupakan proses penerimaan unsurunsur kebudayaan luar dalam rangka menghindari konflik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar