Rabu, 14 Oktober 2015

MASA KEPEMIMPINAN USMAN BIN AFFAN

MASA KEPEMIMPINAN ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN
A. Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan sesuatu yang harus ada dalam suatu pergerakan/ organisasi, dalam kepemimpinan tersebut terdapat pemimpin yang harus ditaati sebagaimana firman Allah QS. AN-Nisa’: 59
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Islam menganjurkan umatnya agar taat kepada pemimpin, namun yang dimaksud dengan taat di sini adalah taat jika pemimpin itu berlaku adil, tidak sewenang-wenang, memperhatikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Kriteria untuk menjadi seorang pemimpin itu harus memenuhi empat sifat-sifat kenabian yaitu: shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathonah (cerdas).
Keberhasilan Nabi Muhammad dalam memimpin umat Islam sehingga muncul beberapa peradaban dunia yang ia bangun tidak berhenti ketika beliau wafat. Kepemimpinan Islam itu dilanjutkan oleh para penggantinya yaitu Khulafa’ur Rasidin (Abu Bakar, ‘Umar bin Khattab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib). Di bawah kekuasan merekalah Islam bisa tersebar luas, penyusunan al-Qur’an, perluasan masjid dan lain-lain.
B. Pembahasan
‘Utsman adalah khalifah ke tiga setelah Khalifah ‘Umar bin Khattab. ‘Utsman merupakan keturunan Bani Umayyah, lahir pada 574 M bertepatan dengan tahun ke-enam dari kelahiran Nabi Muhammad saw. ‘Utsman merupakan anak  dari pasangan ‘Affan ibn Abi Ash dan Arwa binti Kuriz bin Rabiah, nama kakeknya adalah ‘Abdi Manaf ibn Qushay. ‘Utsman wafat pada 17 Dzulhijah 35 H.
Sebagai salah satu dari assabiquunal awwalun (golongan orang-orang yang pertama masuk Islam), dia adalah saudagar sukses yang berlimpah kekayaan hartanya. Dia dijuluki oleh Nabi Muhammad dengan sebutan “Dzunnurain” yang artinya “orang yang mempunyai dua cahaya”, ia dijuluki seperti itu karena menikahi dua anak Nabi Muhammad yaitu Ruqaiyah dan Ummu Kultsum. Dia mempunyai pribadi yang paling jujur, pemalu dan rendah hati serta dermawan di antara kaum muslimin. Dia begitu dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya bahkan Nabi juga menghormatinya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim.
قالت عائشة دخل أبو بكر فلم تهتش له ولم تبال ثم دخل عمر فلم تهتش له ولم تبال ثم دخل عثمان فجلست وسويت ثيابك فقال ألا أستحيي من رجلٍ تستحيي منه الملائكة
Artinya: ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw: ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”.
            Awal masuknya ‘Utsman ke dalam Islam dimulai dengan sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan dan azzarqa yang menyarankan agar dia segera kembali ke Mekkah sebab orang yang bernama Muhammad sebagai utusan Tuhan telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah dunia. Setelah terbangun dari mimpinya, dia mendatangi Abu Bakar ash-Shidiq yang telah masuk Islam lebih dahulu daripada ‘Utsman, lalu menceritakannya dan meminta pendapat tentang mimpinya itu. Abu Bakar mengajaknya untuk menghadap Nabi Muhammad saw. Dan’Utsman  menyatakan keislamannya.
Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah, nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya. Diantara pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan adalah: Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta, 70 ekor kuda, 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman juga membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, ‘Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita.
Pembai’atan ‘Utsman sebagai khalifah berdasar kesepakatan enam orang sahabat termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh ‘Umar ibn Khattab untuk menjadi penggantinya yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam menyebarkan Islam ke penjuru dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang khalifah secara demokratis dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh ke enam orang sahabat sepanjang sejarah manusia. Enam orang tersebut adalah: ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Abdurahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin ‘Ubaidillah. Selanjutnya ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin ‘Ubaidillah. Namun, empat sahabat yang mengundurkan diri dalam pemilihan itu sehingga tinggal ‘Utsman dan ‘Ali. Masyarakat banyak yang memilih ‘Utsman daripada ‘Ali untuk menjadi khalifah yang ke tiga. ‘Utsman diangkat menjadi khalifah pada saat ia berusia 70 tahun pada bulan Muharram 24 H. ‘Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Jasa-jasa ‘Utsman untuk Kemajuan dan Perkembangan Islam
  1. Perluasan Wialayah Penyebaran Islam
‘Utsman harus berusaha dengan lebih keras lagi untuk mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji islam sebab berbagai ancaman dan rintangan akan semakin berat untuknya mengingat pada masa sebelumnya telah tersiar tanda-tanda adanya negeri yang pernah ditaklukkan oleh islam hendak berbalik memberontak padanya. Namun demikian, meski banyak kesulitan yang dihadapi beliau sanggup meredakan dan menumpas segala pembangkangan mereka, bahkan pada masa ini Islam berhasil tersebar hampir ke seluruh belahan dunia mulai dari Anatolia, dan Asia kecil, Afganistan, Samarkand, Tashkent, Turkmenistan, Khurasan dan Thabrani Timur hingga Timur Laut seperti Libya, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Ethiopia. Maka islam lebih luas wilayahnya jika dibandingkan dengan Imperium sebelumnya yakni Romawi dan Persia karena islam telah menguasai hampir sebagian besar daratan Asia dan Afrika.
  1. Kodifikasi (penyusunan) al-Qur’an
Penyusunan al-Qur’an sudah ada sejak kekhalifahan Abu Bakar atas usulan ‘Umar bin Khatthab yang kemudian disimpan di tangan istri Nabi yaitu Hafsah binti ‘Umar. dengan pertimbangan bahwa banyak dari para penghafal al- Qur’an yang gugur usai peperangan Yamamah. Pada masa kekhalifahan ‘Ustman  banyak ditemukan perbedaan lahjah dan bacaan terhadap al-Qur’an karena tersebar luasnya Islam hampir ke seluruh bagian bumi. Inilah yang mendorong beliau untuk menyusun kembali al- Qur’an yang dibawa oleh Hafshah dan menyeragamkannya ke dalam bahasa Quraisy agar tidak terjadi perselisihan.
Maka diutuslah beberapa orang kepercayaannya untuk menyebarkan al-Qur’an hasil kodifikasinya ke beberapa daerah penting antara lain Makkah, Syiria, Kuffah, Syam, Bashrah dan Yaman. Kemudian Beliau menginstruksikan untuk membakar semua mushaf yang lain dan berpatokan pada mushaf yang baru yang diberi nama Mushaf al-Iman.
  1. Perluasan masjid (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) karena semakin banyak dan ramai umat Islam berbondong-bondong menunaikan rukun Islam yang ke lima yaitu haji
  2. Mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya
  3. Membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan untuk mengadili suatu perkara
  4. Banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikannya dengan orang-orang yang lebih kredibel
  5. Pembentukan Armada Laut Islam Pertama Kali
Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut Islam sebenarnya telah ada sejak masa kekhalifahan ‘Umar bin Khattab namun beliau menolaknya karena khawatir hal itu akan membebani kaum muslimin pada saat itu. Setelah kekhalifahan berpindah tangan pada ‘Utsman maka gagasan itu diangkat kembali ke permukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi lautan meskipun sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa seorangpun kecuali dengan sukarela. Berkat armada laut ini wilayah Islam bertambah luas setelah menaklukkan pulau Cyprus meski harus melewati peperangan yang melelahkan.
Kepemimpinan ‘Utsman berakhir setelah ia wafat yaitu pada tanggal 17 Dzulhijjah 35 H. Sebelum ‘Utsman wafat, para pemberontak yang sakit hati karena mereka diturunkan dari jabatannya (sebab mereka dianggap kurang cakap dalam memerintah)  mengepung beliau selama 40 hari mulai dari bulan Ramadhan sampai Dzulhijjah. Meskipun ‘Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan mereka, namun dengan kelembutannya ia tidak ingin ada pertumpahan darah terhadap mereka. Ketika para pemberontak berhasil masuk rumahnya, ‘Utsman dibunuh dalam keadaan membaca al-Qur’an pada hari Jum’at. Ia mati dalam keadaan syahid, persis dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw mengenai kematiannya yang syahid itu. ‘Utsman dimakamkan di kuburan Baqi’ di Madinah.
C.  Kesimpulan
Gaya kepemimpinan dalam Islam itu ada 5 macam, yaitu:
  1. Seniman
  2. Komandan
  3. Pelayan
  4. Birokrat
  5. Manager
Gaya kepemimpinan yang dimilki oleh ‘Utsman menurut penulis adalah gaya kepemimpinan yang bersifat melayani (pelayan) dan komandan (tegas). Melayani ketika banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan maka ia membantu (membeli sumur dari seorang yahudi untuk kepentingan bersama dan memberikan gandum yang dibawa oleh 1000 ekor unta untuk rakyat miskin yang hidup kekurangan). Bersikap tegas ketika banyak para pemerintah/ pembesar yang dalam kepemimpinannya itu dianggap tidak cakap maka ia mengganti dengan pemimpin yang dianggap lebih kredibel dalam memimpin.
D.  Daftar Pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar