MASA
KEPEMIMPINAN ‘UTSMAN BIN ‘AFFAN
A.
Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan sesuatu yang
harus ada dalam suatu pergerakan/ organisasi, dalam kepemimpinan tersebut
terdapat pemimpin yang harus ditaati sebagaimana firman Allah QS. AN-Nisa’: 59
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Islam menganjurkan umatnya agar taat
kepada pemimpin, namun yang dimaksud dengan taat di sini adalah taat jika
pemimpin itu berlaku adil, tidak sewenang-wenang, memperhatikan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyatnya. Kriteria untuk menjadi seorang pemimpin itu harus
memenuhi empat sifat-sifat kenabian yaitu: shidiq (jujur), amanah (dapat
dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathonah (cerdas).
Keberhasilan Nabi Muhammad dalam
memimpin umat Islam sehingga muncul beberapa peradaban dunia yang ia bangun
tidak berhenti ketika beliau wafat. Kepemimpinan Islam itu dilanjutkan oleh
para penggantinya yaitu Khulafa’ur Rasidin (Abu Bakar, ‘Umar bin Khattab,
‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib). Di bawah kekuasan merekalah Islam
bisa tersebar luas, penyusunan al-Qur’an, perluasan masjid dan lain-lain.
B. Pembahasan
‘Utsman adalah khalifah ke tiga
setelah Khalifah ‘Umar bin Khattab. ‘Utsman merupakan keturunan Bani Umayyah,
lahir pada 574 M bertepatan dengan tahun ke-enam dari kelahiran Nabi Muhammad
saw. ‘Utsman merupakan anak dari pasangan ‘Affan ibn Abi Ash dan Arwa
binti Kuriz bin Rabiah, nama kakeknya adalah ‘Abdi Manaf ibn Qushay. ‘Utsman
wafat pada 17 Dzulhijah 35 H.
Sebagai salah satu dari
assabiquunal awwalun (golongan orang-orang yang pertama masuk Islam), dia adalah
saudagar sukses yang berlimpah kekayaan hartanya. Dia dijuluki oleh Nabi
Muhammad dengan sebutan “Dzunnurain” yang artinya “orang yang mempunyai
dua cahaya”, ia dijuluki seperti itu karena menikahi dua anak Nabi Muhammad
yaitu Ruqaiyah dan Ummu Kultsum. Dia mempunyai pribadi yang paling jujur,
pemalu dan rendah hati serta dermawan di antara kaum muslimin. Dia begitu
dihormati oleh masyarakat di sekelilingnya bahkan Nabi juga menghormatinya.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim.
قالت عائشة دخل أبو بكر فلم تهتش له
ولم تبال ثم دخل عمر فلم تهتش له ولم تبال ثم دخل عثمان فجلست وسويت ثيابك فقال
ألا أستحيي من رجلٍ تستحيي منه الملائكة
Artinya: ‘Aisyah bertanya kepada
Rasulullah Saw: ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi
perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi
perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan
membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu
terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”.
Awal masuknya ‘Utsman ke dalam Islam
dimulai dengan sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan
dan azzarqa yang menyarankan agar dia segera kembali ke Mekkah sebab orang yang
bernama Muhammad sebagai utusan Tuhan telah muncul membawa ajaran baru yang
kelak akan merubah dunia. Setelah terbangun dari mimpinya, dia mendatangi Abu
Bakar ash-Shidiq yang telah masuk Islam lebih dahulu daripada ‘Utsman, lalu
menceritakannya dan meminta pendapat tentang mimpinya itu. Abu Bakar
mengajaknya untuk menghadap Nabi Muhammad saw. Dan’Utsman menyatakan
keislamannya.
Sungguh tak terbilang pengorbanannya
terhadap islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di
jalan Allah, nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan
dan penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya.
Diantara pengorbanan-pengorbanan yang dilakukan adalah: Pada saat Perang
Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin
perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman
mendermakan 1000 ekor unta, 70 ekor kuda, 1000 dirham sumbangan pribadi untuk
perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman juga
membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham
yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu
beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu
Bakar, ‘Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta
untuk membantu kaum miskin yang menderita.
Pembai’atan ‘Utsman sebagai khalifah
berdasar kesepakatan enam orang sahabat termasuk dirinya yang telah ditunjuk
langsung oleh ‘Umar ibn Khattab untuk menjadi penggantinya yang akan
melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam menyebarkan Islam ke penjuru
dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang khalifah secara demokratis
dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh ke enam orang sahabat sepanjang
sejarah manusia. Enam orang tersebut adalah: ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Utsman bin
‘Affan, ‘Abdurahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah
bin ‘Ubaidillah. Selanjutnya ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair
bin Awwam, dan Thalhah bin ‘Ubaidillah. Namun, empat sahabat yang mengundurkan
diri dalam pemilihan itu sehingga tinggal ‘Utsman dan ‘Ali. Masyarakat banyak
yang memilih ‘Utsman daripada ‘Ali untuk menjadi khalifah yang ke tiga. ‘Utsman
diangkat menjadi khalifah pada saat ia berusia 70 tahun pada bulan Muharram 24
H. ‘Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan
dan terstruktur.
Jasa-jasa ‘Utsman untuk Kemajuan dan
Perkembangan Islam
- Perluasan Wialayah Penyebaran Islam
‘Utsman harus berusaha dengan lebih
keras lagi untuk mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji islam sebab
berbagai ancaman dan rintangan akan semakin berat untuknya mengingat pada masa
sebelumnya telah tersiar tanda-tanda adanya negeri yang pernah ditaklukkan oleh
islam hendak berbalik memberontak padanya. Namun demikian, meski banyak
kesulitan yang dihadapi beliau sanggup meredakan dan menumpas segala
pembangkangan mereka, bahkan pada masa ini Islam berhasil tersebar hampir ke
seluruh belahan dunia mulai dari Anatolia, dan Asia kecil, Afganistan,
Samarkand, Tashkent, Turkmenistan, Khurasan dan Thabrani Timur hingga Timur
Laut seperti Libya, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Ethiopia. Maka islam lebih
luas wilayahnya jika dibandingkan dengan Imperium sebelumnya yakni Romawi dan
Persia karena islam telah menguasai hampir sebagian besar daratan Asia dan
Afrika.
- Kodifikasi (penyusunan) al-Qur’an
Penyusunan al-Qur’an sudah ada sejak
kekhalifahan Abu Bakar atas usulan ‘Umar bin Khatthab yang kemudian disimpan di
tangan istri Nabi yaitu Hafsah binti ‘Umar. dengan pertimbangan bahwa banyak
dari para penghafal al- Qur’an yang gugur usai peperangan Yamamah. Pada masa
kekhalifahan ‘Ustman banyak ditemukan perbedaan lahjah dan bacaan
terhadap al-Qur’an karena tersebar luasnya Islam hampir ke seluruh bagian bumi.
Inilah yang mendorong beliau untuk menyusun kembali al- Qur’an yang dibawa oleh
Hafshah dan menyeragamkannya ke dalam bahasa Quraisy agar tidak terjadi
perselisihan.
Maka diutuslah beberapa orang
kepercayaannya untuk menyebarkan al-Qur’an hasil kodifikasinya ke beberapa
daerah penting antara lain Makkah, Syiria, Kuffah, Syam, Bashrah dan Yaman.
Kemudian Beliau menginstruksikan untuk membakar semua mushaf yang lain dan
berpatokan pada mushaf yang baru yang diberi nama Mushaf al-Iman.
- Perluasan masjid (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) karena semakin banyak dan ramai umat Islam berbondong-bondong menunaikan rukun Islam yang ke lima yaitu haji
- Mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya
- Membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan untuk mengadili suatu perkara
- Banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikannya dengan orang-orang yang lebih kredibel
- Pembentukan Armada Laut Islam Pertama Kali
Ide atau gagasan untuk membuat
sebuah armada laut Islam sebenarnya telah ada sejak masa kekhalifahan ‘Umar bin
Khattab namun beliau menolaknya karena khawatir hal itu akan membebani kaum
muslimin pada saat itu. Setelah kekhalifahan berpindah tangan pada ‘Utsman maka
gagasan itu diangkat kembali ke permukaan dan berhasil menjadi kesepakatan
bahwa kaum muslimin memang harus ada yang mengarungi lautan meskipun sang
khalifah mengajukan syarat untuk tidak memaksa seorangpun kecuali dengan
sukarela. Berkat armada laut ini wilayah Islam bertambah luas setelah
menaklukkan pulau Cyprus meski harus melewati peperangan yang melelahkan.
Kepemimpinan ‘Utsman berakhir
setelah ia wafat yaitu pada tanggal 17 Dzulhijjah 35 H. Sebelum ‘Utsman wafat,
para pemberontak yang sakit hati karena mereka diturunkan dari jabatannya
(sebab mereka dianggap kurang cakap dalam memerintah) mengepung beliau selama
40 hari mulai dari bulan Ramadhan sampai Dzulhijjah. Meskipun ‘Utsman mempunyai
kekuatan untuk menyingkirkan mereka, namun dengan kelembutannya ia tidak ingin
ada pertumpahan darah terhadap mereka. Ketika para pemberontak berhasil masuk
rumahnya, ‘Utsman dibunuh dalam keadaan membaca al-Qur’an pada hari Jum’at. Ia
mati dalam keadaan syahid, persis dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad
saw mengenai kematiannya yang syahid itu. ‘Utsman dimakamkan di kuburan Baqi’
di Madinah.
C. Kesimpulan
Gaya kepemimpinan dalam Islam itu
ada 5 macam, yaitu:
- Seniman
- Komandan
- Pelayan
- Birokrat
- Manager
Gaya kepemimpinan yang dimilki oleh
‘Utsman menurut penulis adalah gaya kepemimpinan yang bersifat melayani
(pelayan) dan komandan (tegas). Melayani ketika banyak masyarakat yang
membutuhkan bantuan maka ia membantu (membeli sumur dari seorang yahudi untuk
kepentingan bersama dan memberikan gandum yang dibawa oleh 1000 ekor unta untuk
rakyat miskin yang hidup kekurangan). Bersikap tegas ketika banyak para
pemerintah/ pembesar yang dalam kepemimpinannya itu dianggap tidak cakap maka
ia mengganti dengan pemimpin yang dianggap lebih kredibel dalam memimpin.
D. Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar